Koran Cikarang

Berita Terbaru Hari Ini,Berita Hari Ini Terbaru,Berita Update,Lowongan Kerja Cikarang Terbaru,cikarang,waterboom cikarang,lippo cikarang,waterboom lippo cikarang,lowongan kerja cikarang,hotel di cikarang,water boom cikarang,loker cikarang,loker cikarang terbaru,cikarang listrindo,hotel bekasi

Koran Cikarang

Berita Terbaru Hari Ini,Berita Hari Ini Terbaru,Berita Update,Lowongan Kerja Cikarang Terbaru,cikarang,waterboom cikarang,lippo cikarang,waterboom lippo cikarang,lowongan kerja cikarang,hotel di cikarang,water boom cikarang,loker cikarang,loker cikarang terbaru,cikarang listrindo,hotel bekasi

Koran Cikarang

Berita Terbaru Hari Ini,Berita Hari Ini Terbaru,Berita Update,Lowongan Kerja Cikarang Terbaru,cikarang,waterboom cikarang,lippo cikarang,waterboom lippo cikarang,lowongan kerja cikarang,hotel di cikarang,water boom cikarang,loker cikarang,loker cikarang terbaru,cikarang listrindo,hotel bekasi

Koran Cikarang

Berita Terbaru Hari Ini,Berita Hari Ini Terbaru,Berita Update,Lowongan Kerja Cikarang Terbaru,cikarang,waterboom cikarang,lippo cikarang,waterboom lippo cikarang,lowongan kerja cikarang,hotel di cikarang,water boom cikarang,loker cikarang,loker cikarang terbaru,cikarang listrindo,hotel bekasi

Koran Cikarang

Berita Terbaru Hari Ini,Berita Hari Ini Terbaru,Berita Update,Lowongan Kerja Cikarang Terbaru,cikarang,waterboom cikarang,lippo cikarang,waterboom lippo cikarang,lowongan kerja cikarang,hotel di cikarang,water boom cikarang,loker cikarang,loker cikarang terbaru,cikarang listrindo,hotel bekasi

Laman

Kronologi Versi Warga bentrokan di Jatimulya

Kepolisian masih melakukan penyelidikan terkait motif bentrokan antar-dua kelompok di Jalan Kalimalang, Kelurahan Jatimulya, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi. Namun, informasi yang beredar di lapangan, bentrok dipicu karena pemalakan yang dilakukan warga pendatang kepada warga asli.

Peristiwa itu berawal saat seorang warga pribumi yang masih di bawah umur sedang menjaga parkiran di sekitar lokasi kejadian, Sabtu (29/06) siang. Tiba-tiba datang seorang warga pendatang meminta uang 'jatah' untuk membeli minuman keras serta rokok.

Warga pribumi tersebut lantas mengadu ke warga lainnya. Tak terima dengan pemalakan itu, warga pribumi langsung melakukan penganiayaan terhadap warga pendatang.

"Awalnya gara-gara duit parkir," ujar salah seorang warga Saiful (29), Senin (1/7) di lokasi.

Warga pendatang lantas berkumpul di gedung bekas PT Tong Yang yang dijadikan markas mereka untuk melakukan aksi balasan. Bentrokan antara kedua kelompok akhirnya terjadi. Kedua kubu terlibat pertikaian mulai Minggu dini hari.

"Ini puncaknya, sebenarnya sering terjadi keributan. Tapi, nggak seberapa, mungkin salah satunya ada yang mengalah," papar pekerja pabrik di sekitar lokasi ini.

Pertikaian terjadi sejak pukul 01.00 WIB. Kedua kelompok terlibat saling serang, puncaknya terjadi sekitar pukul 03.00 WIB. Petugas Kepolisian dibuat kewalahan mengatasinya. Hasilnya, sekitar pukul 05.00 WIB keributan baru bisa diredam. Seketika lokasi kejadian mencekam.

"Nggak ada yang berani keluar rumah, polisi banyak banget. Orang-orang pada bawa golok, kayu, batu, botol. Terdengar polisi beberapa kali menembak ," kata pria yang tinggal tak jauh dari lokasi ini.

Setelah sempat kondusif, situasi kembali memanas, setelah ditemukan jasad warga pribumi di pinggir Kalimalang dengan luka di sekujur tubuhnya. Pria diduga bernama Mada (38) ini diduga menjadi korban dari bentrokan itu. Seketika warga pribumi pun langsung naik pitam.

Mereka langsung melakukan penyerangan terhadap warga pendatang. Pertikaian pun akhirnya pecah, puluhan orang dilaporkan mengalami luka-luka, para korban dilarikan ke rumah sakit Almuhtajam Jatimulya. Polisi pun kembali turun mengamankan lokasi.

Selang beberapa jam kemudian, situasi kembali panas. Warga mencoba merangsek ke dalam bangunan bekas milik PT Tong Yang. Tapi, polisi sudah menguasai gedung tersebut, sedangkan warga pendatang sudah dievakuasi terlebih dahulu.

Lantaran tak percaya, warga pribumi terus melakukan penyerangan dengan melempari bangunan itu menggunakan batu. Akibatnya, seorang anggota polisi terluka akibat timpukan batu dari warga.

Petugas polisi kemudian memukul mundur warga dengan tembakan gas air mata. Jalur yang menghubungkan antara Kota dan Kabupaten Bekasi tersebut langsung ditutup. Warga pribumi kemudian melakukan aksi sweeping, 13 rumah dirusak.

Kasat Reskrim Polresta Bekasi Kabupaten, Kompol Dedy Murti mengaku masih melakukan penyelidikan terkait motif dari bentrokan antara warga pribumi dan keompok pendatang itu.

"Motif masih diselidiki, meminta keterangan saksi," katanya. Sumber : http://www.merdeka.com/peristiwa/kronologis-bentrok-di-bekasi-versi-warga.html.

AA Gym Turut Bicara Terkait Larangan Polwan Berjilbab

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Aturan seragam untuk anggota Polri yang membuat polisi wanita (Polwan) tak bisa mengenakan jilbab mendapat respons  banyak pihak. Dai terkenal Abdullah Gymnastiar pun turut berkomentar dalam akun twitter-nya di @aagym.

"Di inggris Polwan diizinkan berjilbab, karena menghargai hak azasi manusia," ungkapnya, Rabu (5/6).

Pimpinan Pondok Pesantren Darut Tauhid Bandung ini pun mempertanyakan Peraturan Kapolri yang tidak memperbolehkan Polwan berjilbab. "Di indonesia mengapa POLRI belum mengizinkan ya?" tanyanya.

Polri tidak memperbolehkan Polwan berjilbab karena adanya Perkap yang sudah mengatur soal seragam Polwan. Guna mendapatkan dukungan agar boleh mengenakan jilbab saat mengenakan seragam dinas, muncul grup 'Dukung Polwan Berseragam di Izinkan Menggunakan Jilbab.

Ustaz Wahfiudin yang mengaku mendapatkan curahan hati seorang polwan yang mengeluh karena tidak diizinkan mengenakan jilbab saat berseragam, mengatakan, grup facebook itu dibuat para polwan yang ingin berjilbab untuk meminta dukungan. Saat ini, grup itu mendapat respon 1.334 Facebooker.

"Jeritan hati perwira Polwan tersebut juga telah disampaikan ke MUI, para ulama dan DPR RI," ujar polwan yang tidak bersedia disebutkan namanya kepada Ustaz Wahfiudin yang disampaikan ke ROL, Selasa (4/6)
Redaktur : A.Syalaby Ichsan

Ormas Islam kecam Polwan Dilarang Berjilbab



REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kecaman kepada Polri yang melarang polisi wanita (polwan) memakai jilbab, kini bermunculan. Mulai dari tokoh agama hingga organisasi massa Islam mengecam peraturan yang dinilai melanggar HAM tersebut.

Ormas Islam yang tergabung dalam Lembaga Persahabatan Ormas Islam Indonesia (LPOI) sepakat mengecam peraturan yang melarang pelaksanaan syariat Islam ini. Anggota LPOI yang terdiri dari Nahdlatul Ulama, Persatuan Islam, Al Irsyad Al Islamiyah, Mathlaul Anwar, IKADI, Ittihadiyah, Persatuan Islam Tionghoa Indonesia, Azzikra, Syarikat Islam Indonesia, Al Wasliyah, dan Persatuan Tarbiyah Islamiyah, menyarankan Kapolri membuat aturan baru.

Ketua Umum LPOI, KH Said Aqil Siroj, meminta kepada kepolisian untuk membuat aturan sehubungan dengan keberadaan polwan berjilbab. "Sampai sekarang aturan tersebut belum jelas," katanya di Jakarta, Rabu (12/6).

Menurutnya, kepolisian perlu mengatur pemakaian seragam yang tidak ketat dan menggunakan jilbab, dan anggotanya diberikan pilihan mau menggunakan seragam yang seperti apa. "Seragam polisi dengan jilbab tidak akan menganggu aktivitas dan pekerjaanya," imbuh Said Aqil.
Reporter : Rosita Budi Suryaningsih   
Redaktur : Karta Raharja Ucu